MEA
Berlaku, 400 juta Tenaga Kerja Cina Jadi Ancaman
TEMPO.CO, Yogyakarta - Para ekonom
mengkhawatirkan akan terjadi banjir tenaga kerja asing di Indonesia setelah
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Apalagi saat ini di Cina ada 400 juta orang pengangguran yang bisa menjadi ancaman bagi Indonesia karena mereka mengarah bekerja di negeri ini.
Menurut Aviliani, ekonom dari Institut Pertanian Bogor, tenaga kerja asing yang masuk Indonesia merupakan tenaga kerja yang terlatih atau terampil (skilled labor). Sedangkan tenaga kerja Indonesia yang ke luar negeri mayoritas bukan yang terlatih.
"Kebanyakan perusahaan luar negeri yang masuk menjadi investor sudah satu paket, investasi dan tenaga kerja," kata Aviliani saat penutupan Konferensi Federation of ASEAN Economic Association ke-41 yang dilangsungkan di The Alana, Yogyakarta, Jumat, 25 November 2016.
Yang perlu diamati, ucap dia, di Indonesia, satu pekerjaan dikerjakan satu orang. Sedangkan pada tenaga kerja asing, satu orang bisa mengerjakan lima pekerjaan sekaligus. Tingkat produktivitas tenaga kerja asing jauh lebih tinggi.
Menurut Edy Suandi Hamid, ekonom dan mantan rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Indonesia mempunyai daya tarik bagi pekerja asing. "Mereka yang educated labor lebih suka ke Indonesia," ujarnya.
Pada 2013 saja, tenaga kerja dari Malaysia yang ada di Indonesia sebanyak 4.942 orang. Menurut dia, saat ini, kecenderungan global mengarah kepada gaya proteksionisme yang sekaligus dianggap sebagai tantangan besar bagi negara ASEAN. Untuk itu, negara-negara ASEAN harus memanfaatkan kerja sama ekonomi regional MEA.
Ia mengambil contoh Inggris yang keluar dari Uni Eropa. Juga gaya Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump yang memproteksi perusahaan Amerika dan melarang imigran ke negara tersebut. "Itu gaya proteksionisme negara untuk melindungi ekonomi mereka," katanya.
MUH SYAIFULLAH
Apalagi saat ini di Cina ada 400 juta orang pengangguran yang bisa menjadi ancaman bagi Indonesia karena mereka mengarah bekerja di negeri ini.
Menurut Aviliani, ekonom dari Institut Pertanian Bogor, tenaga kerja asing yang masuk Indonesia merupakan tenaga kerja yang terlatih atau terampil (skilled labor). Sedangkan tenaga kerja Indonesia yang ke luar negeri mayoritas bukan yang terlatih.
"Kebanyakan perusahaan luar negeri yang masuk menjadi investor sudah satu paket, investasi dan tenaga kerja," kata Aviliani saat penutupan Konferensi Federation of ASEAN Economic Association ke-41 yang dilangsungkan di The Alana, Yogyakarta, Jumat, 25 November 2016.
Yang perlu diamati, ucap dia, di Indonesia, satu pekerjaan dikerjakan satu orang. Sedangkan pada tenaga kerja asing, satu orang bisa mengerjakan lima pekerjaan sekaligus. Tingkat produktivitas tenaga kerja asing jauh lebih tinggi.
Menurut Edy Suandi Hamid, ekonom dan mantan rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Indonesia mempunyai daya tarik bagi pekerja asing. "Mereka yang educated labor lebih suka ke Indonesia," ujarnya.
Pada 2013 saja, tenaga kerja dari Malaysia yang ada di Indonesia sebanyak 4.942 orang. Menurut dia, saat ini, kecenderungan global mengarah kepada gaya proteksionisme yang sekaligus dianggap sebagai tantangan besar bagi negara ASEAN. Untuk itu, negara-negara ASEAN harus memanfaatkan kerja sama ekonomi regional MEA.
Ia mengambil contoh Inggris yang keluar dari Uni Eropa. Juga gaya Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump yang memproteksi perusahaan Amerika dan melarang imigran ke negara tersebut. "Itu gaya proteksionisme negara untuk melindungi ekonomi mereka," katanya.
MUH SYAIFULLAH
Hadapi MEA, Pasar Indonesia Tergerus Negara Tetangga
JAKARTA - Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Ketua
Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(Hipmi) Anggawira menilai Indonesia belum siap karena persiapan yang belum
maksimal. Karena alasan tersebut, pasar yang ada di Tanah Air justru akan
dimakan oleh negara tetangga.
Dia menambahkan, masih banyak pertanyaan yang tertuju ke
Indonesia selaku negara dengan penduduk terbanyak di ASEAN. Dalam menghadapi
MEA seharusnya negara dengan pasar terbesar bisa mengusasi perdagangan.
"Posisi kita sudah masuk MEA, apakah MEA mampu
dimanfaatkan maksimal atau tidak. Ini menjadi tanda tanya juga. Sampai sekarang
ini market share kita dimanfaatkan negara tetangga," ujarnya di Jakarta,
Rabu (14/12/2016).
Indonesia, menurutnya masih banyak kebanjiran barang dari
negara tetangga. Sehingga salah satu cara mengantisipasi gempuran itu yakni
dengan meningkatkan produktivitas penduduk yang berusia produktif.
"Di mana impor dari Vietnam, Thailand meningkat tajam,
ini potensi yang harus digarap penduduk kita yang masuk usia produktif. Bonus
demografi kita apa bisa dimanfaatkan maksimal? Kita punya 1,6%
wirausahawan," sambungnya.
Menurut dia, tidak bisa menggerakan perekonomian negara
tanpa adanya pertumbuhan wirausahawan. Minimal pengusaha yang dibutuhkan
Indonesia yakni 2% dari seluruh penduduk. "Gerakan ekonomi lokal tanpa
pertumbuhan wirausaha muda tidak bisa. Bukan lagi dorong anak muda jadi
pegawai, tapi entrepreneur baru karena negara maju sudah 2%, kita 1,6%,"
paparnya.
PENDAPAT
SAYA :
Dengan adanya masyarakat ekonomi asean, itu bisa sangat
berdampak positif bagi Indonesia, karena terdapat kesempatan yang besar bagi
para pencari pekerja yang memiliki banyaknya pilihan lapangan pekerjaan dengan
berbagai kebutuhan dan keahlian yang beragam. Juga tidak adanya lagi hambatan
bagi para pencari pekerjaan yang ingin mencari pekerjaan diluar negeri. Tetapi
itu MEA juga bisa berdampak berbahaya bagi Indonesia, dengan banyaknya para
pekerja dari luar yang masuk ke Indonesia bisa berdampak dengan tergerusnya
para pekerja Indonesia yang masih kurang pengalaman dan bisa mematikan UMKM
dengan adanya usaha usaha milik asing yang masuk ke Indonesia, itu juga bisa
berbahaya bagi sumber daya alam yang bisa dieksploitasi.
Menurut saya MEA bisa saja terlaksana dengan baik di
Indonesia apabila pemerintah tetap ikut campur dalam arus perdagangan
internasional serta mengawasi, dan membina para pekerja dan umkm di Indonesia.
Para pekerja di Indonesia seharusnya lebih di bina dalam segi keterampilan,
ilmu pengetahuan dan bahasa supaya bisa lebih bersaing dengan para pekerja dari
Negara lain, Untuk UMKM pemerintah harus beri perlindungan serta jaminan supaya
para UMKM tidak takut dalam menghadapi pasar persaingan bebas. Serta lebih
diberi kemudahan dalam mendapatkan modal untuk lebih memperbesar usahanya
supaya tidak kalah saing dengan usaha milik asing. Selain itu pemerintah juga
harus melindungi sumber daya alamnya agar tidak dieksploitasi oleh asing. Serta
harus dibangun infrastruktur yang lebih baik untuk lebih mempermudah kegiatan
ekspor impor. Itu menurut saya agar MEA bisa berjalan dengan baik di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar